Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs C3I
Masalah-masalah Sekitar Kecanduan Minuman Keras
Edisi C3I: e-Konsel 082 - Dimenangkan dari Minuman Keras
Minuman keras telah menjadi masalah dunia. Baik di Afrika, Amerika Latin, Amerika Utara, Eropa, Asia, Australia maupun di mana saja manusia hidup, bahkan di antara suku-suku bangsa primitif di pulau-pulau terpencil pun kecanduan alkohol telah menjadi salah satu persoalan hidup manusia yang utama. Kecanduan minum-minuman keras menghancurkan kehidupan keluarga, pekerjaan, merusak tubuh, dan menjadi sebab utama dari segala macam perbuatan kriminal. Sedikit sekali tempat di bumi ini yang terbebas dari pengaruh yang merusak ini.
Sebenarnya, hampir setiap orang dapat menjadi orang yang hidupnya bergantung (dependent) kepada obat-obatan, khususnya alkohol. Kecanduan biasanya terjadi jikalau orang yang bersangkutan terus- menerus membiasakan minum-minuman keras dalam takaran yang tinggi. Tetapi mengapa ada jutaan umat manusia yang minum-minuman keras dalam acara-acara sosial tetapi tidak menjadi kecanduan, sedangkan yang lain kira-kira 10% dari semua peminum terjebak menjadi pecandu? Ratusan ahli telah mencoba menjawab pertanyaan tersebut. Memang tidak ada jawaban yang mudah meskipun kita dapat menyimpulkan, bahwa ada beberapa penyebab yang bisa membawa orang pada kebiasaan yang tidak baik tersebut.
1. Perasaan tertekan
Banyak orang tergoda untuk minum-minuman keras pada saat mengalami tekanan hidup yang berat. Mula-mula alkohol memang menolong peminum melupakan persoalan-persoalan hidupnya, memberikan perasaan tenang dan nyaman. Tetapi apa yang mula-mula cuma menjadi penolong sementara itu kemudian dipakai secara terus-menerus, setiap kali merasa tertekan, khawatir, susah, dan sebagainya, sampai menjadi kecanduan.
2. Kebudayaan dan latar belakang kehidupan
Keluarga dan masyarakat di mana seseorang dibesarkan dapat memengaruhi sikap orang tersebut dalam menjadi pecandu minuman keras. Kalau orang tua adalah pecandu minuman keras, maka anaknya cenderung menjadi peminum minuman keras pada masa dewasanya. Kalau minum-minuman keras menjadi acara sosial dalam kebudayaan tersebut, dan kalau masalah menjadi mabuk cuma merupakan bahan gurauan, peminum tak punya alasan sama sekali untuk menghindarkan diri dan mengontrol pemakaiannya.
3. Kepribadian seseorang
Pecandu minuman keras biasanya adalah orang-orang yang selalu gelisah, dengan emosi yang tidak matang, dan tak dapat menghadapi frustrasi. Biasanya mereka sulit menerima otoritas orang lain, cenderung perfeksionistis, dan selalu merasa terasing di lingkungan masyarakat. Masalah harga diri sering kali menonjol ketika mereka cenderung punya perasaan rendah diri meskipun sering kali dicoba ditutupi dengan lagaknya mendemonstrasikan kepercayaan pada diri sendiri yang berlebihan. Meskipun gejala-gejala ini tampak setelah mereka menjadi peminum, sebenarnya gejala-gejala tersebut menjadi penyebab dari kecenderungannya untuk menjadi peminum.
4. Bakat jasmani
Apakah benar, bahwa ada orang-orang yang kondisi tubuhnya terlalu peka terhadap alkohol? Memang mungkin demikian meskipun sebenarnya bukan kondisi fisik itulah yang menyebabkan seseorang menjadi peminum. Kalau seseorang membiasakan diri dengan minum-minuman keras, dengan sendirinya tubuh menjadi terbiasa dengan rangsangan-rangsangan alkohol tersebut. Untuk mencapai perasaan puas sering kali dosis minuman keras itu harus ditambah, sampai suatu saat tubuh menjadi begitu bergantung kepada minuman keras tersebut supaya dapat memberi reaksi yang menyenangkan perasaan. Kemudian, si peminum itu menjadi kecanduan secara jasmani ataupun kimiawi, sehingga sulit sekali untuk dapat diubah kembali.
5. Keadaan rohani
Alkitab banyak memberikan kesaksian tentang masalah-masalah yang berhubungan dengan mabuk. Tentu kita ingat apa yang telah terjadi dengan Nuh. Ia adalah seorang yang benar, yang selalu berjalan di jalan Tuhan (Kejadian 6:9). Kehidupannya mutlak dipersembahkan pada Tuhan, sehingga ia begitu patuh pada perintah-Nya untuk membangun bahtera di tengah dataran yang kering meskipun terus-menerus diolok-olok oleh teman-temannya. Alkitab dengan jelas mengatakan bahwa Nuh diperkenan Allah (Kejadian 6:8), dan menurut kepada segala sesuatu yang diperintahkan Allah (Kejadian 6:22). Tetapi Alkitab juga menyaksikan, bahwa Nuh minum terlalu banyak air anggur dan kemudian mengalami pengalaman yang menyedihkan dan memalukan oleh karena ia mabuk (Kejadian 9:20-24).
Salah satu penyebab utama dari penyalahgunaan obat-obatan dan alkohol adalah keadaan rohani yang tidak sehat, dan kevakuman rohani ini adalah gejala umum yang terdapat pada manusia zaman ini. Belajar dari pengalaman Nuh, jelas bahwa orang beriman pun dapat lemah dan terjatuh dalam jerat minuman keras. Tampaknya bukanlah hal yang kebetulan jikalau Paulus menyebut mabuk-mabukan sebagai hal yang bertolak belakang dengan hidup dalam Roh (Efesus 5:18) di mana ia menulis "jangan kamu mabuk oleh anggur yang dapat menimbulkan hawa nafsu, tetapi hendaklah kamu penuh dengan Roh."
6. Keadaan keluarga
Pada saat satu anggota keluarga terjerat oleh minuman keras, seluruh keluarga menjadi korban. Mula-mula keluarga tersebut berusaha mengabaikan atau melupakan persoalan itu. Kemudian mereka berusaha untuk mencegah dengan menyingkirkan minuman keras dari rumah tangga tersebut atau dengan memarahi peminum tersebut. Sering kali keluarga berusaha menutup-nutupi persoalan itu dengan pengharapan dapat berhenti dengan sendirinya.
Padahal ini jarang sekali dapat terjadi. Peminum membuat banyak janji untuk tidak minum lagi, tetapi jikalau ia sudah kecanduan, masalah menghentikannya menjadi begitu sulit, sikap keluarga makin keras, ketegangan-ketegangan muncul dalam rumah tersebut, dan biasanya peminum tersebut justru semakin mendambakan minuman keras. Jadi, sikap keluarga yang tujuannya baik itu biasanya justru memperkuat keinginan peminum untuk meneruskan minum.
Konseling bagi Pecandu Minuman Keras
Tidak mudah untuk memberikan konseling kepada pecandu minuman keras dan keluarganya. Seluruh proses harus dijiwai dengan banyak doa dan kebergantungan pada pimpinan dan kuasa Roh Kudus.
Para ahli percaya bahwa perkembangan yang dicapai biasanya lambat sampai peminum itu sendiri benar-benar mengambil keputusan untuk berhenti minum. Kadang-kadang, keluarganya mengambil keputusan untuk tidak lagi melindungi peminum itu sampai orang itu sendiri melihat akibat-akibat yang parah dari tingkah lakunya. Perubahan tidak pernah benar-benar terjadi sebelum peminum membentur garis yang terbawah, mengalami akibat yang begitu menyedihkan dari perbuatannya, dan mengakui bahwa dirinya tak dapat dikendalikan lagi.
Paling sedikit ada lima sasaran yang harus diperhatikan pelayanan konseling bagi pecandu alkohol:
- Membuat pecandu menghentikan kebiasaannya sama sekali.
- Memperbaiki kerusakan-kerusakan tubuhnya akibat dari kecanduannya.
- Menolongnya untuk menemukan cara bagaimana dapat mengatasi tekanan dalam hidupnya.
- Menolongnya menggunakan pengganti alkohol yang tidak menimbulkan efek-efek sampingan.
- Menolong membangun kembali harga diri dan mengatasi rasa bersalahnya secara sehat.
Dua hal yang pertama merupakan tanggung jawab dokter. Jikalau jasmani orang tersebut sudah sedemikian bergantung kepada rangsangan alkohol, ia tidak dapat menolong dirinya sendiri tanpa pertolongan seorang dokter, sedangkan konselor-konselor lebih efektif dalam menghidupkan semangat yang baru, menolong konseli mengatasi rasa bersalahnya dan mengalami pengampunan, mengajar konseli bagaimana menghadapi tekanan-tekanan hidupnya dan perasaan tidak berharganya, memberikan semangat untuk dapat menerima dan memperbarui cara hidupnya, menolong keluarganya dalam penyesuaian diri kembali, dan meyakinkan konseli, bahwa hanya Kristuslah yang dapat mengisi kekosongan hidupnya (Efesus 5:18). Dalam proses bimbingan itu konseli biasanya jatuh bangun, ada saat-saat di mana dia jatuh lagi dalam minuman keras yang diikuti dengan kekecewaan dan sikap menghukum diri sendiri. Tetapi pada waktunya, kesembuhan yang total bisa betul-betul terjadi.
Sumber diedit dari: | ||
Judul Buku | : | Konseling Kristen yang Efektif |
Penulis | : | DR. Garry R. Collins, Ph.D. |
Penerbit | : | Seminari Alkitab Asia Tenggara, Malang, 2000 |
Halaman | : | 177 - 181 |